Kamis, 12 Agustus 2010

2. Fisiologi Reproduksi

FISIOLOGI REPRODUKSI

Bambang Widjanarko


clip_image002
Kehamilan terjadi bila terjadi pembuahan ovum oleh sperma matur yang telah mengalami kapasitasi

clip_image004

Sperma

  • Sperma meninggalkan testis dengan membawa 23 kromosom namun masih belum mampu mengadakan fertlisasi
  • Maturasi menjadi sempurna sepanjang perjalananannya sejauh 6 meter dalam epididimis dan setelah bercampur dengan plasma seminalis yang berasal dari epididimis – vesika seminalis dan kelenjar Prostate
  • Pasca ejakulasi semen, dengan kemampuan geraknya sendiri sperma mencapai servik dalam beberapa detik dan masuk kedalam kanalis servikalis setelah meninggalkan plasma seminalis dalam vagina.
  • Saat ovulasi, lendir servik memungkinkan terjadinya penetrasi dan kapasitasi sperma oleh karena :
    1. Lendir servik lebih encer dan membentuk saluran helikal sehingga sperma dapat melaluinya
    2. Kadar glukosa dan klorida lendir servik meningkat
  • Sperma selanjutnya mencapai cavum uteri dan bergerak terus menuju ke tuba falopii sampai mencapai tempat fertilisasi di pars ampullaris tuba falopii. Peristiwa ini dapat terjadi oleh karena :
    1. Sperma memiliki kemampuan bergerak sendiri ( own motility )
    2. Adanya gerak peristaltik cavum uteri dan tuba falopii yang dipicu oleh prostaglandin dalam plasma seminalis
  • Sperma dapat mencapai tuba dalam waktu 30 – 40 menit, namun fertilisasi baru berlangsung setelah 2 – 6 jam. Jeda waktu tersebut diperlukan untuk proses kapasitasi sperma
  • Kapasitasi sperma adalah proses yang terjadi setelah sperma mampu menembus zona pellucida yang berada di sekitar ovum. Sekresi servik dan tuba berperan penting dalam proses kapasitasi sperma. Kapasitasi sperma adalah proses yang diperlukan untuk :
    1. Meningkatkan konsentrasi DNA dalam nukleus
    2. Meningkatkan permeabilitas lapisan kaput sperma sehingga pelepasan hialuronidase meningkat
clip_image006
clip_image008

 

Ovum

  • Ovum meninggalkan setelah pecahnya Follicle d’Graaf dengan membawa 23 kromosom yang dikelililingi zona pellucida dan corona radiata
  • Ovum ditangkap oleh Pars Fimbriae Tuba Falopii dan bergerak kearah ampula akibat adanya silia dan peritaltik ritmis dari tuba falopii
clip_image011

 

Fertilisasi

  • Saat ejakulasi, berjuta sperma ditumpahkan dalam vagina namun hanya beberapa ratus ribu diantaranya yang mampu mencapai ostium tuba dan hanya beberapa saja yang berhasil menembus zona pellucida dan hanya satu spermatozoa yang dapat masuk kedalam ovum melalui spatium perivitelina
  • Setelah masuknya sperma kedalam ovum, zona pelucida menahan masuknya sperma lain kedalam ovum
  • Pronuklei ovum dan sperma menyatu dan membentuk zygote yang memiliki 46kromosom )

 

Penentuan Jenis Kelamin

  • Ovum matang membawa 22 otosom dan satu kromosom X ; sperma matang membawa 22 otosom dan kromosom X atau kromosome Y.
  • Bila sperma yang membuahi memiliki kromosome X maka kelamin janin adalah perempuan (46 XX) ; bila sperma yang membuahi memiliki kromosome Y maka kelamin janin adalah laki laki ( 46 XY )

 

 

Klivej dan pembentukan blastosis

  • Dalam perjalanan ke dalam cavum uteri, ovum yang telah dibuahi akan membelah menjadi 2, 4, 8 dan 16 sel ( blastomere ). Awal pembelahan ter jadi dalam 24 jam pasca fertilisasi dan berulang sekitar setiap 12 jam sampai terbentuk morula yang mencapai cavum uteri sekitar 4 hari pasca fertilisasi
clip_image013
  • Rongga yang terbentuk dalam morula menyebabkan struktur morula berubah menjadi struktur kistik yang dinamakan blastosis. Dinding dalam kista disebut “inner mass cell” ( embrioblast ) yang akan membentuk struktur janin dan dinding luar kista disebut lapisan luar ( trofoblas ) yang akan menginvasi endometrium ( implantasi )
  • Blastosis berada dalam keadaan bebas dalam cavum uteri selama 3 – 4 hari dan mendapatkan makanan yang berasal dari sekresi endometrium

 

Implantasi = nidasi

clip_image015
 
DESIDUA
Endometrium tebal yang kaya vaskularisasi dari uterus hamil. Kelenjar membesar , berkelok kelok dan berisi penuh degan sekresi. Sel stroma menjadi besar dengan inti kecil dan sitoplasma jernih ( disebut sel desidua )
Desidua , seperti halnya dengan endometrium fase sekresi memiliki 3 lapisan :
  1. Lapisan superfisial yang padat ( compact )
  2. Lapisan intermedia yang berongga ( spongy )
  3. Lapisan basal yang tipis
Pelepasan plasenta terjadi sampai pada lapisan intermedia dan regenerasi bermula dari sel basal.
Trofoblas dari blastosis mengadakan invasi desidua agar terjadi implantasi pada :
    • Permukaan posterior segmen atas rahim ( 2/3 kasus kehamilan )
    • Permukaan anterior segmen atas rahim ( 1/3 kasus )
Pasca implantasi, desidua mengalami diferensiasi menjadi :
    • Desidua basalis ( dibawah sisi yang mengadakan implantasi )
    • Desidua kapsularis ( yang membungkus ovum )
    • Desidua parietalis atau desidua vera yang melapisi cavum uteri

Dengan semakin membesarnya janin maka desidua kapsularis menjadi satu dengan desidua parietalis yang terjadi sekitar kehamian 12 minggu.
 
clip_image017
 
Fungsi desidua :
  1. Tempat implantasi
  2. Membatasi proses invasi trofoblas
  3. Nutrisi pada ovum yang mengadakan implantasi
  4. Bersama sama dealam proses pembentukan plasenta
 
KORION
Pasca implantasi, trofoblas mengadakan diferensiasi menjadi 2 lapisan :
  1. Lapisan luar yang disebut sinsitiotrofoblas berupa sel multinuklear tanpa batas sel
  2. Lapisan dalam (lapisan Langhan ) yang disebut sitotrofoblas berupa sel kubis dengan sitoplasma
Mesoderm nampaknya adalah bagian dari sitotrofoblas , trofoblas dan mesoderm bersama sama membentuk korion
Jaringan mesodermal menghubungkan “inner cell mass” dengan korion yang kelak akan menjadi talipusat.
Dalam sinsitium terbentuk rongga berisi darah ( lakuna ) yang semakin membesar dan sering bergabung membentuk “ spatium korio desidual “ atau spatium intervilousa . Erosi pembuluh darah desidua oleh trofoblas memungkinkan darah untuk mengadakan sirkulasi dalam spatium tersebut
Pada awalnya , vili korialis berada disekitar ovum. Setelah 12 minggu, vili di sisi berlawanan dari desidua kapsularis mengalami atrofi dan terjadilah korion leave dan membentuk selaput ketuban.
 
clip_image019
 
Vili di sisi berlawanan dari desidua basalis tumbuh dan bercabang untuk membentuk korion frondusum dan bersama sama dengan desidua basalis membentuk plasenta. Sejumlah vili menempel pada desidua basalis dan disebut sebagai anchoring villi dan sejumlah vili lain melayang bebas dalam spatium intervilosa dan disebut sebagai absorbing villi.
AMNION
Pasca implantasi, terbentuk dua rongga dalam “inner cell mass” yaitu :
    • Cavum amnion
    • Yolc sac
Dan diantara kedua rongga tersebut terbentuk mesoderm.
Lapisan sel yang berada di dasar cavum anion akan membentuk struktur ektodermal janin dan sel yang berada di atas yolc sac akan membentuk struktur endodermal janin. Struktur yang berada diantaranya akan membentuk struktur mesoderm
 
Fase perkembangan janin :
  • Ovum : produk konsepsi pada 2 minggu pasca fertilisasi
  • Embrio : dari kehamilan 3 minggu sampai 5 minggu
  • Foetus : dari kehamilan 6 – 40 minggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar